[REVIEW NOVEL] THE NUMBER YOU ARE TRYING TO REACH IS NOT REACHABLE (2016) by Adara Kirana


[REVIEW NOVEL] THE NUMBER YOU ARE TRYING TO REACH IS NOT REACHABLE (2016) by Adara Kirana

               
covernya lucu yaa hehe

IDENTITAS BUKU
Judul                      : The Number You Are Trying To Reach Is Not Reachable
Penulis                   : Adara Kirana
Penyunting            : MB Winata
Penerbit                 : Bukune
ISBN                      : 978-602-220-196-0
Tahun Terbit           : 2016
Tebal Buku             : vi + 298 halaman





Blurb :
Kata orang-orang, aku ini genius dan kelewat serius.

Oke, memang koleksi piala dan medali olimpiadeku sedikit lebih banyak dari jumlah perempuan yang dilirik Zeus. Aku masih seusia anak kelas sepuluh, tapi sudah ikut beberapa try out SBMPTN, dan dapat nilai paling tinggi.
Namun, Kak Zahra-guru homeschooling-ku-menganggapku perlu bersosialisasi. Katanya, biar “nyambung" sama orang-orang.
Untuk apa? Aku punya teman kok : Mama, Kak Zahra, Hera, dan... saudara-saudara yang sering kulupa namanya.

~

“ The Thirteen Books of Euclid’s Elements. Buku itu bisa kamu dapat asal kamu mau masuk SMA,” tantang Kak Zahra suatu hari.
Tidak mungkin. Itu kan, buku legendaris yang ditulis sejak abad ketiga sebelum Masehi. Aku ingin sekali mengoleksi dan mempelajarinya sendiri. Rasanya pasti lebih memuaskan.
“Oke, aku coba satu semester, ya,” jawabku mantap.
Demi buku itu, bolehlah aku jalani hidup sebagai anak SMA biasa. Lagi pula, sesulit apa “nyambung” sama orang-orang?




Aira, remaja berusia 15 tahun memiliki hobi yang tidak wajar bagi remaja seusianya, belajar. Hal itu menjadikan Aira sebagai anak yang jenius dan sering memenangkan berbagai perlombaan dalam berbagai bidang.  Sejak kelas satu SD, Aira bersekolah dengan cara homeschooling karena Aira merasa tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Meski begitu, mamanya sangat ingin melihat anaknya bersekolah di sekolah umum seperti anak-anak pada umumnya.
Suatu hari Kak Zahra, guru homeschooling Aira, memberitahunya tentang sebuah lomba cerdas cermat berhadiah “The Thirteen Books of Euclid’s Elements” (jangan tanya itu apa ya, saya juga enggak tahu heheh). Tapi dengan syarat, Aira harus masuk ke SMA umum. Tergiur dengan hadiah yang ditawarkan, Aira pun menerima tantangan dari mamanya dan Kak Zahra. Hera, saudara tiri Aira pun memberikan masukkan bahwa Aira harus sedikit merubah kebiasaannya dan mulai mencari beberapa teman.
“ Gue kira, orang pinter kayak lo tahu kalau sosialisasi itu hal yang penting di hidup. Lagian, pelajaran enggak cuma didapetin dari buku. Lo juga bisa belajar dari orang-orang di sekitar lo. Bahkan, ada beberapa pelajaran yang Cuma bisa lo dapetin dari pengalaman langsung- bukan dari buku-buku besar lo itu.” - Hera
Pada hari pertama sekolah, Aira mencoba menjadi versi lain dari dirinya, mencoba sedikit terbuka. Aira menutupi bahwa Ia adalah siswi ekstracerdas dan ekstrajenius karena Ia takut siswa-siswi di sekolahnya menganggapnya aneh. Ia pun berkenalan dengan Kalila, seorang siswi yang ia ketahui sebagai teman sekelompoknya. Perkenalannya dengan Kalila, berdampak besar bagi kehidupan Aira yang tadinya biasa-biasa saja. Aira dikenalkan pada teman-teman Kalila dan Ia pun jadi tahu tentang bahasa-bahasa yang wajar digunakan para remaja. Bahasa yang pada awalnya ingin ia kritik siapa penciptanya, namun Aira jadi sering menggunakannya.

Salah satu dari teman-teman baru Aira adalah Rio, cowok yang mendaftarkannya di kelas tambahan karena mengira Aira terus-terusan belajar karena nilainya jelek. (padahal kan yaa, hmmm). Dan Rio juga mengajari Aira apa itu modus dan bagaimana melakukannya (tahukan maksud saya? ).

“ Aira, kayaknya, si Rio modus sama lo, deh,” kata Kesha tiba-tiba.
“Nilai terbanyak?” tanyaku
“Hah?”
Suatu hari, Rio menyuruh Aira menelponnya, dengan modus Rio ingin menyimpan nomor Aira. Namun, Aira malah menekan nomor yang diberikan Rio lewat chat. Itu bukan nomor Rio, itu adalah nomor Arka. Guru kelas tambahan mereka.
Percakapan tak sengaja Aira dan Arka mengalir karena Arka mendengar nama “Sidney Carton” karena Aira tak sengaja membacanya keras-keras saat menelpon Arka. Ternyata mereka berdua sama-sama menggemari novel-novel karya Charles Dickens. Aira dan Arka pun menjadi dekat. Oh iya, umur Arka masih di awal 20-an ya. Pada awalnya mereka membahas tentang tokoh-tokoh dalam novel. Namun  lama kelamaan merambat ke dalam masalah pribadi mereka masing-masing.
                “ Karena buat saya, kamu itu kayak nomor yang enggak bisa diraih.” - Arka
Oh iya, tentang lomba cerdas cermat yang menjadi tujuan awal Aira masuk SMA, siswa yang ingin mengikutinya harus diseleksi terlebih dahulu. Aira dan Kalila sama-sama mengikuti seleksinya. Hasilnya? Aira sudah jelas lolos, namun tidak dengan Kalila. Kecerdasan Aira pun terbongkar dan mengakibatkan Kalila menjauhinya. Antara prestasi dan persahabatan, apa yang akan dilakukan Aira? 

Penasaran? Lanjutannya baca sendiri yaaaa !

Dari blurb di atas, sebenarnya saya enggak berekspektasi kalau konflik di novel ini banyak banget. Meskipun enggak ada yang berat banget sih. Konflik Aira dengan Kalila, dengan Rio, Arka, Hera, dan mamanya. Tapi bahasa di novel ini mengalir sehingga tidak membingungkan pembaca.
Karakter Aira yang kelewat jenius digambarkan sangat baik oleh penulis. Dan di novel ini, penulis memberikan sebuah pesan berharga. “Sepintar apapun kamu, di bidang akademik maupun non-akademik, kamu tetap butuh orang lain. Sebanyak apapun buku yang kamu baca, lebih banyak pelajaran di kehidupan nyata yang tidak ditulis di buku manapun. Kamu harus menjalaninya sendiri.”

Pokoknya, novel ini worth it banget buat dibaca, ok ?

oiya, ini saya kasih kata-kata dari Arka. Maksudnya sih, buat Aira, tapi kok, saya yang baper ya ? :3

“ Kamu pinter. Saya yakin, entah dari kapan atau dari mana, kamu tahu perasaan saya ke kamu kayak gimana. Dan kamu tahu, kalau kita terus-terusan ketemu, jadinya bakal kayak gimana.” - Arka


TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTU UNTUK MEMBACA :)
SALAM LITERASI !!!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU] Tulisan Ghani (2018) by Radin Azkia

[REVIEW] MAPS. Truth be Told, I Never was Yours (2016), by Radin Azkia